Jumat, 29 Januari 2016

Warisan Budaya

Hai reader, kenalin nama ku nadya athifa. 
Ini adalah blog dan artikel pertamaku. Kali ini aku akan menuliskan tentang Memetri Wiji. Memetri wiji ini adalah sebuah sanggar yang didirikan oleh bapak Tri Joko, di sanggar ini anak anak diajari tentang tata krama seperti cara meletakkan makanan pada sisi kanan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua atau tamu, cara menghidangkan minuman dengan jalan jongkok, cara melewati orang tua yang sedang duduk, cara berbicara dengan sopan kepada orang tua, cara mengundang kendurian, dan masih banyak lagi. Sanggar ini terletak di desa Tamanan, Tamanmartani, Kalasan, Sleman. Bapak Tri Joko sengaja mendirikan sanggar ini sebagai bentuk keprihatinan terkait makin lunturnya tata krama budaya jawa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini. Kegiatan belajar di sanggar ini dilakukan seminggu 2 kali pada sore hari. Sanggar ini didirikan pada tahun 2012 lalu yang diikuti sekitar 50 anak mulai dari TK, SD, hingga SMP. Tidak hanya tata krama jawa yang diajarkan tetapi juga tembang macapat, tembang dolanan, permainan tradisional, dan sebagainya. Selain bapak Tri Joko, ada juga yang mengajar di sanggar tersebut yaitu, Ibu Marsih, Ibu Nur, Ibu Wiwit, Ibu bekti juga mengajar di sanggar ini. Setiap Rabu Pon sanggar ini menyiapkan 5 anak secara bergilir untuk mengikuti  kegiatan rutin macapat di rumah dinas bupati. O, ya aku mau kasih foto-fotonya.

 Foto diatas adalah foto setelah Memetri Wiji tampil dalam mengisi acara lomba di desa Tamanmartani.

y
Yang ini adalah foto ketika sedang latihan untuk mengisi acara pengajian di desa Tamanan dan waktu itu dihadiri oleh Ibu Muslimatun.

Kalau ini foto ketika Memetri Wiji sedang mengisi acara di Dialog Sembada TVRI.

Dan yang satu ini adalah foto ketika Memetri Wiji tampil di acara di TVRI. 
O,ya sanggar Memetri Wiji juga mempunyai yel-yel ''Wong Jawa kok rareti tata krama isin ah''